
Oleh Ustaz Syed Hasan Alatas
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, seorang daripada Ulama Besar yang memiliki Ilmu Pengetahuan yang luas dan mempunyai pandangan yang jauh menulis dalam kitabnya yang berjudul:Al-Fusul al-Ilmiyah walushul al Hikmiyah yaitu kitab yang mengandung Ilmu dan Hikmah,beliau menulis:
"Diatas dunia ini ada empat jenis manusia, bila mereka baik dan jujur,maka damai dan tenteramlah hidup ini,yaitu:
Pertama:Hamba Allah yang gemar beribadah, jujur, istiqamah, hidup dengan sederhana meskipun kaya, selalu meningkatkan hubungannya dengan Allah s.w.t dan berpegang teguh kepada ajaran agamanya.
Kedua: Ulama yang menguasai masaalah agama, mendalam Ilmu Pengetahuannya berkenaan al-Quran dan Hadis Nabi s.a.w., konsisten mengamalkan Ilmunya, sanggup menyebar luaskan Ilmu Pengetahuannya kepada orang ramai, tidak jemu memberi petunjuk ataupun nasihat baik diminta ataupun tidak, tabah menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar, tidak menyelewengkan ketentuan agama, tidak gentar menghadapi makhluk dalam menjaga dan menyampaikan kebenaran dari Allah s.w.t.
Ketiga: Umara ataupun pemimpin yang adil, demokratis, berkelakuan baik, menghargai kebenaran dari manapun datangnya,jujur dalam memimpin.
Kempat: Orang kaya atau konglomerat yang soleh, yang mendermakan harta kekayaannya pada tempat yang membawa manfaat bagi orang ramai. Menolong yang lemah dan memerlukannya. Dia mencari hartanya dengan tujuan yang mulia.
Habib Abdullah melanjutkan nasihatnya:"Sebaliknya ada pula empat jenis manusia yang boleh menghancurkan kedamaian hidup ini, yaitu:
Pertama: Seseorang yang tekun beribadat tetapi tidak sesuai dengan petunjuk agama.
Kedua: Ulama yang pandai menyelewengkan hukum dan ajaran Islam sesuai dengan keinginan. Ketiga: Umara atau pemimpin zalim, tidak bijaksana dalam memimpin ummatnya. Bila menjalankan Hukum tidak berdasarkan kebenaran.
Keempat: Orang kaya atau konglomerat yang serakah, hobinya menimbun harta sebanyak mungkin, tidak peduli dari mana dan dengan cara apa diperoleh yang penting wang. Halal haram bukan ukuran. Sifatnya bakhil, tidak ada sedikitpun perasaan kesetiaan sosial, yang difikirkannya hanya kesenangan dan kepuasan dirinya semata-mata.